Akulah dia, darah yang tak bermuara di raga
Luruh di segala arah
Tak lelah coba lari dari takdir kaku nan nelangsa
Menimbang seribu kali jika harus membagi lara, sedang kalian
pilu
Sebaiknya memang hanya lembar putih yang mengerti,
Apa makna di balik aksara indah nan memukau mata
Dan tawa renyah tak ada habisnya
Jika mereka mengulurkan tangan,
Adalah cara lain peran menegaskan kemunafikan
Pesan-pesan itu kini mengejarmu
Seperti penawar yang menyembuhkan, namun terlalu banyak akan
pula merobohkan
Mereka tak akan terurai satu-satu
Sebab merekalah gubahan panjang
Yang apabila kau pisahkan,
Bukan lagi kau
Bukan
garismu