Minggu, 19 Desember 2010

Kupinjamkan kau cermin, Jangan lupa kembalikan

Kupinjamkan sajalah kau cermin
Biar bisa akau lihat coreng moreng di wajahmu
Tak kan kentara di meja rias mewah
Yang ada lima mungkin di tiap rumah kau punya

Kupinjamkan sajalah kau cermin
Agar terlihat matamu
Rupa yang serupa iblis melahap semua benda tak bersisa
Mulutmu tak ubahnya gua
Hingga tiada cukupnya kau telan yang tak seharusnya

Langkah sepatumu akan perdengarkan jerit lapar kami
Baju mahalmu bertahtahkan air mata darah derita kaum papa
Mobil mewahmu, jelmaan buku dan pena yang tak pernah di jamah
Anak kecil yang berdendang di lampu merah
Rumahmu akan ujarkan pekikan sakit tak terobati sejuta orang tak berharta

Kupinjamkan kau cermin, jangan lupa kembalikan
Satu-satunya yang kupunya
Setidaknya akan memuatmu menemukan diri yang hakiki

Kupinjamkan kau cermin!

Kamis, 21 Oktober 2010

PARA DRAMATIK

Mereka bicara tentang rasa
Sakit
Ragu
Dan semua kroni yang menyertainya

Tak ada sudut keyakinan pada matanya

Atau kondisi akhirnya memaksa diri menipu diri sendiri

Kau bingung?
Atau pura-pura bingung?

Kau ragu?
Atau pura-pura ragu?


Apakah memang kau bicara tanpa hiraukan perasaan orang lain?

Naïf, kau naïf

Kau kan tinggalkan ketika kau tak dapati dia lagi?

Melankoli kalian palsu
Rasa kasihan kalian semu

Lagu kalian membuatku jemu


Para dramatik!!!

Munafik!!

Tunjukkan wajah asli kalian!!!

Senin, 24 Mei 2010

KOMPLEKSITAS

Tak terkata lagi
Tampaknya mudah karena kau tak berasa bagaimana ku cerca

Sulit
Sungguh sulit

Sejak aku menyadari semua akan memasungku
Menjadi sosok dengan sejuta beban tak tertahan

Sakit
Tubuhku tak sanggup menahan beban serupa rajam menghantam!
Berkali-kali kusaksikan diriku mati
Namun entah kenapa mata tetap menyapa bayang
Demikian juga paru tetap menghela hampa di udara


Kurasa ada lubang besar dalam hatiku
Entah beberapa lama saat aku tak lagi bisa temukan
Dengan apa akan kutimbun cela di dada

Aku sadar
Sesadar-sadarnya
Hingga kadang berasa malu pada diri sendiri
Bukan waktu yang tepat lagi bagiku untuk berlaku manja
dan mencari siapa bersalah

atau aku enggan akui diriku salah

mungkin ya
mungkin tidak

kukataan sekali lagi!
Jangan memvonis seakan aku manusia manja yang pelihara rasa gila dalam jiwa

Sebab kau tak rasa!
Sebab kau tak reka!
Dan aku tak pinta kau berkata!

Tak berbeda dengan siapa saja
Pun tak ingin ungkap ketakutan tak beralasan

Lantas,
Bagaimana jika ternyata ada banyak sebabnya?

Sebab diri gelisah
Sebab diri merasa tak temukan esensi berikat antara impuls peristiwa
Sebab terasa semua menjauh dari rengkuhku

Tak ayal kalian kerap ciptakan kecewa tak berkira dalam ingatku

Ini diri
Dengan bola api kemarahan di kedua belah tangan
Dengan rasa benci tertekan
Dengan kata yang mengedepankan ketegasan yang mereka kira berlebihan
Dengan laku kaku, sebab tak ku rasa perlu bicara jika tak ada perlunya
Basa-basi kini menjijikkan

Aku kehilangan senyumku

Bibirku kelu
Tak sanggup bentuk lekukan kecil yang mereka sebut senyuman
Pun jika kadang tak serupa makna dalam bayangan
Siapa peduli
Dalam otak mereka adalah yang indah dan baik pula

Sunyi sesunyi mati
Dingin seakan beku
Hampa hingga mati rasa
Sakit sampai ingin akhiri

Tak ada
Tak akan ada orang mau dengarkan
Bahwa aku tak suka sendirian


Mereka kan bicara
Seakan aku orang gila yang coba bersuara tentang kewarasannya
Menjerit-jerit tak terkendali
Siapa peduli?

Orang-orang sibuk
Teman tak lagi sosok yang baik untuk sekedar mendengarkan
Terlebih menenangkan


Mungkin akan disebut sebagai orang yang terjebak dalam kebodohannya sendiri

Ah, entahlah

Sekali lagi

Siapa peduli akan kompleksitas ini?

Kau peduli?

Tidak!!!



Siapa peduli…..........?